Pesta Budaya Mejuah-juah Yang Terpinggirkan
Ilustrasi kesenian adiluhung (seni budaya yang bernilai) |
Perhelatan budaya
tahuan dalam upaya meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Tanah Karo yang
dikemas dalam Pesta Budaya Mejuah-juah selama 4 hari mulai Sabtu hingga Selasa
(28-31 Mei) di Taman Mejuah-juah Berastagi, akhirnya resmi ditutup oleh wakil
Bupati Karo Cory S Sebayang.
Upaya meningkatkan
sektor pariwisata, event yang pertama kali digagas oleh Bupati Karo ke 11
almarhum Kolonel Tampak Sebayang di tahun 80-an, pastinya juga dalam upaya
pelestarian budaya Karo secara utuh selain sebagai alat penarik wisatawan
berkunjung ke Tanah Karo serta memperkenalkan budaya Karo secara luas.
Terlepas dari pro kontra ukuran sukses tidaknya
pegelaran Pesta Budaya Mejuah-juah 2016 kali ini, mengingat pesan yang pernah
disampaikan para pendahulu akan pentingnya pelestarian budaya yang ditangani
serta dikemas secara profesional.
Ukuran profesional tidaknya para penggelar acara
yang disebut sebagai panitia, terlihat dari isi spanduk dan baliho serta alat
promosi yang ada. Parahnya, isi Pidato Bupati, Wakil Bupati dan Ketua Panitia
Penyelenggara sama sekali tidak meyebut Pesta Mejuah-juah adalah kali yang
keberapa.
Masih terekam, pelaksanaan Pesta Mejuah-juah ke 16
berlangsung semala 2 hari, Sabtu-Minggu (10-11 Juni) 1995 ditempat yang sama.
Kala itu Gubsu almarhum H Raja Inal Siregar dalam sambutanya yang dibacakan
Pembatu Gubsu Wilayah II, Poltak Pangabean SH, menyatakan event ini sebagai
penyangga Pesta Danau Toba yang telah menjadi Kalender of Event (Kalender Acara
Kepariwisataan Nasional) yang penyenggaraannya harus dilakukan secara lebih
profesional.
Setahun kemudian, gubsu alamarhum Raja Inal
Siregar pada pembukaan Pesta Mejuah-juah ke 17, menegaskan Pesta Budaya
Mejuah-juah harus disadari jika pelaksanaannya bukanlah hanya kewajiban belaka,
namun harus mampu meningkatkan kualitasnya. Disamping harus juga menyajikan
atraksi budaya yang lebih menarik, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisata Tanah Karo.
Gubsu juga mengharapkan agar jauh hari
dipersiapkan. Sementara Bupati Karo yang saat itu dijabat DD Sinulingga
meyebutkan, event Pesta Mejuah-juah dikemas selama 2 hari untuk mengembangkan
objek-objek wisata sesuai dengan potensi alam dan budaya Karo.
Berlanjut dengan isu yang menggelinding, bahwa
berbagai kesenian serta hasil karya dari leluhur bangsa diakui oleh bangsa lain
menjadi milik mereka. Sangat fasih mereka mengakuinya. Kesenian dan karya yang
sangat membanggakan terlilit dalam situasi yang genting dan situasi perdebatan
yang hangat.
Sebagai sebuah tanda bahwa bangsa ini sangat kaya
dan berbudaya tinggi, boleh disebutkan semua itu adalah harga diri serta marwah
bangsa yang besar. Dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung
nilai-nilai budaya bangsanya, bukan menjadikannya sebagai sebuah fosil.
Mau diapakan kesenian adiluhung (seni budaya yang
bernilai) itu ? Apakah terus dan
harus terkucilkan bagitu saja, menjadi sesuatu yang usang termarginalkan
seperti tanpa darah.
“Pulang menjadi sebuah kata kerja. Sebuah
kesadaran berbudaya serta merta dengan kalimat sederhana untuk kembali
bercengkerama, kembali belajar dan mencintai nilai-nilai adiluhung tersebut.
Kesenian dalam format tradisi maupun modern sebagai salah satu motif dari
sekian banyak format pembelajaran yang ada.
Banyak faktor yang menyebabkan beberapa budaya hilang dan tak dikenal oleh generasi
berikutnya. Faktor terpenting adalah generasi terdahuli sudah menghilangkan
kepedulian tentang Indonesia. Generasi terdahulu cenderung menikmati
perkembangan budaya globalisasi yang masuk tanpa saringan, mereka cenderung
lebih mencintai apa yang dipunyai oleh bangsa luar.
Meraka lupa, bangsa luar lebih menghormati dan
mencintai kebudayaan Indonesia dibanding kebudayaan mereka sendiri, sedangkan
bangsa Indonesia asli malah sebaliknya mencitai kebudayaan luar negeri miris
sekali.
Akan tetapi setidaknya Indonesia masih dapat
bersyukur karena ada beberapa anak bangsa yang peduli untuk mempertahankan
budaya asli Indonesia yang hampir lenyap tergerus globalisasi dan modernisasi.
Walau hanya segelintir anak bangsa yang peduli tidak mengapa, dari sedikit bisa
menjadi bukit.
Sebagai penerus bangsa harus sadar diri, bergabung
dengan segelintir pemebela negeri agar kebudayaan bisa terselamatkan dan bisa
terselamatkan dan bisa terjaga rapi tanpa terganti budaya luar yang tak
berarti.
Indonesia adalah negara yang disukai banyak bangsa
dari luar negeri karena budaya yang dimiliki sangatlah berharga daripada
kebudayaan yang dimiliki oleh bagsa luar tersebut.
Kerena itu sudah seharusnya menjaga dan
mempertahakan kebudayaan asli ini sebagai wujud kebangsaaan sebagai bangsa yang
penuh cinta kasih. Semoga tahun depan Pesta Budaya Mejuah-juah bisa lebih baik
lagi.
SUMBER : Metro 24 Jam terbitan Kamis, 2 Juni 2016
Comments
Post a Comment