Cerita Anak Pengungsi
Anak-Anak Menulis Pengalaman dan Harapannya selama tinggal di Posko Pengungsian |
Karang Taruna Kecamatan Kabanjahe berkunjung ke Posko Pengungsian Gedung Serba Guna GBKP yang berada di Jl. Mariam Ginting Kabanjahe, Sabtu (11/6) sore. Posko Pengungsian Gedung Serba Guna GBKP adalah salah satu dari 9 posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung yang ada sampai saat ini di Kabupaten Karo. 1517 jiwa pengungsi yang berasal dari desa Sigarang-garang Kecamatan Naman Teran berada di posko ini dari 9319 jiwa pengungsi yang tersebar di 9 posko penampungan.
Ketua Karang Taruna Kecamatan Kabanjahe Ary Zona Purba yang dalam hal ini diwakili Sekretarisnya Eddy Suranta Surbakti didampingi anggotanya mengatakan bahwa kedatangannya ke Posko Pengungsian bertujuan untuk bersilaturahmi dengan saudara yang ada di pengungsian dan bercerita-cerita dengan anak-anak pengungsi mengenai keluhan dan harapanya saat ini di Posko Pengungsian.
Pengurus Karang Taruna Kecamatan Kabanjahe menyediakan kertas dan pensil sehingga anak-anak pengungsi dapat menuliskan cerita pengalamannya selama tinggal di pengungsian sampai kepada harapan apa saat ini yang sangat diharapkan.
Berikut salah satu cerita anak pengungsi yang dituangkan dalam sebuah tulisan oleh Ropika beru Tarigan (16) asal Desa Sigarang-garang pelajar di SMA Bersama Berastagi. Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa dimana dalam kesempatan ini kami bisa bercerita tentang kehidupan kami selama di Posko Pengungsian.
“Pertama mungkin dari masalah orangtua kami semua dalam mencari uang untuk uang saku kami anak-anaknya mungkin terasa sulit bagi mereka tidak bisa bertani lagi untuk memenuhi kebutuhan kami bersekolah. Diposko juga mungkin bagi kami terasa sulit untuk belajar karena diposko ribut jadi kami tidak bisa berkonsentrasi dalam mendapatkan ilmu.
Apalagi bagi adik-adik kami mungkin belajar bagi mereka sulit dan tidak akan masuk ke pikiran mereka karena adik-adik kami masuk siang, tentu semua orang pasti tahu masalahnya yaitu adik-adik kami pasti mengantuk di sekolah, malas kesekolah, tidak konsentrasi dalam belajar, dan berbagai permasalahan lainya.
Ini mungkin masalah utama kami bagi murid (pelajar, jadi kami mohon dibantu dalam hal belajar kami, contohnya kami ingin mempunyai tempat belajar yang khusus seperti diruang-ruang khusus atau tenda khusus bagi kami untuk belajar supaya kami bisa berkonsentrasi dalam belajar. Kami juga ingin membanggakan kedua orangtua kami dengan meraih prestasi dalam belajar maupun dalam organisasi yang kami ikuti di sekolah.”
“Kedua, mungkin dari masalah tempat tidur. Kami merasa tidak nyaman karena tempatnya sempit sehingga kami tidak bisa tidur dengan nyaman dalam situasi yang ada”
“Ketiga, tentang masalah gizi kami, mungkin tidak teratur sekarang. Dulu masalah gizi kami diatur oleh kedua orangtua kami dikampung tapi sekarang mereka tidak bisa lagi mengatur gizi kami karena masalah ekonomi yang semakin hari semakin memerlukan uang yang banyak untuk bersekolah kami.”
“Keempat, tentang masalah kesehatan kami. Diposko kami kurang mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik bagi kami terutama bagi orangtua yang sudah lanjut usia”
Sekian kisah kami berada di pengungsian, tulis Ropika beru Tarigan (16) dalam tulisannya.
Gresia Benerta br Tarigan (17) asal Desa Sigarang-garang pelajar SMK Negeri 1 Kabanjahe berharap dalam tulisannya.
“Harapan saya kedepanya hanyalah supaya Gunung Sinabung kembali diam dan tenang agar kami dapat kembali kekampung halaman kami. Kami rindu masa-masa dikampung yang aman dan nyaman”
Berikut salah satu tulisannya :
Comments
Post a Comment