Berjuang untuk Tanah Karo Simalem
![]() |
| Ilustrasi Mengungsi karya Erland Sibuea |
Oleh: Antonov
Purba
Ledakan pertama gunung Sinabung terjadi 27 Agustus
2010. Tak terasa sudah 6 tahun berlalu. Gunung Sinabung belum memperlihatkan
tanda berhenti. Masyarakat Karo semakin kesulitan. Mengungsi tak membuat
keadaan membaik. Langkah cepat pemerintah Kabupaten Karo sangat dinantikan.
Mengatasi kesulitan masyarakat Karo merupakan prioritas utama.
Sabtu, 21 Mei
2016 menjadi perhatian. Gunung Sinabung mengambil korban. Awan panas membuat 7
orang tewas dan 3 kritis. Awan panas menyebar di Desa Gamber, Kecamatan Simpang
Empat. Mengapa sampai ada korban?. Apakah tidak ada peringatan dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bencana Sinabung
memang seolah terlupakan beberapa saat ini. Tidurnya gunung sinabung menjadikan
kewaspadaan menjadi kendur. Akhirnya ketidakwaspadaan membawa bencana.
Semuanya sudah terlambat. Banyak pihak membuat spekulasi bahkan mencari
kambing hitam. Tak ada pihak yang mau dipersalahkan. Semuanya mencari alibi
agar tak dipersalahkan atas kejadian ini.
Kita tak akan
bisa memprediksi sampai kapan Sinabung tidak stabil. Karenanya, setiap detik,
setiap menit dan setiap jam harus waspada. Pemerintah diminta menjadi sentral
yang aktif. Setiap ada tanda-tanda, ada baiknya segera memberikan peringatan
dini. Ada baiknya warga jangan diberikan izin untuk kembali ke ladangnya.
Penting karena jiwa warga senantiasa akan berada dalam bahaya.
BNPB menyatakan,
aktivitas Gunung Sinabung masih tinggi. Sabtu (21/5) guguran awan panas terus
menerus terjadi dan mencapai radius 4,5 kilometer. Tinggi kolom abu
vulkaniknya mencapai 3.000 meter. Jika demikian, jelas warga tidak terawasi
secara intensif.
Desa Gamber
merupakan desa yang masuk kedalam zona merah. Sejatinya tidak bisa dimasuki,
karena bencana senantiasa ada didepan mata.
Kejadian ini
harus menjadi pelajaran bagi semua. Pemerintah Kabupaten Karo, BNPB dan semua
pihak yang terlibat harus waspada. Agar jangan ada lagi kejadian serupa yang
merengut korban jiwa. Sudah cukup masyarakat Karo berduka dan menderita.
Penderitaan dan suka mereka harus dijawab dengan program penanganan yang jelas.
Masyarakat Karo harus diberi kepastian akan masa depan mereka.
Tetap Semangat
Sudah banyak
upaya yang dilakukan guna memberdayakan masyarakat Karo. Perhatian tak hanya
dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Dunia internasional dan
masyarakat lokal juga sangat memberikan perhatian.
Baru siosar yang
kelihatan jelas sebagai hasil. Siosar pun belum maksimal. Bahkan, aula bersama
(jambur) yang belum rampun dibangun pun rubuh tak tahu kenapa.
Ketika sudah
jatuh, tertimpa tangga pula. Pepatah ini patut ditujukan kepada masyarakat
Karo di pengungsian. Sebelum aula (jambur) tersebut, tertangkap pula oknum PNS
Karo yang menyelewengkan ribuan lembar seng. Miris memang ketika ada yang
mengambil keuntungan dari kesakitan orang lain.
Demikianlah
kenyataan hidup. Masyarakat Karo tidak boleh patah arang. Harus tetap menjaga
semangat hidup demi keluarga dan tanah karo tercinta.
Ketika tanah
luluh lantah, bukan berarti kehidupan berakhir. H harus kita jadikan sebagai
cambuk guna kehidupan yang lebih baik ke depan. Celah potensi guna bangkit
kembali pasti ada. Tinggal usaha dan kerja keras. Niscaya semua akan kembali
seperti sediakala. Pertanian yang dulunya unggul dengan sayuran dan buah segar
kualitas internasional, akan kembali segera ke genggaman.
Peran Pemerintah
Masyarakat tidak
akan bisa berjuang sendiri. Pemerintah harus memberikan bantuan berupa materi
dan semangat. Kita mengapresiasi langkah yang telah dilakukan pemerintah
selama ini. Masyarakat Karo pastinya berharap lebih. Terlebih dengan adanya
bencana yang merenggut nyawa beberapa masyarakat Karo di Desa Gamber.
Pemerintah Karo
yang sudah berusaha sebaik mungkin, tentunya harus lebih berusaha lagi. Kepada
pasangan yang baru dilantik masyarakat Karo berharap. Terkelin dan Cory pasti
mampu memberikan buah pikirnya demi kelangsungan hidup para pengungsi. Ribuan
jiwa masyarakat Karo mempercayakan masa depannya kepada Terkelin dan Cory.
Rumah untuk
tempat tinggal, lahan baru untuk bekerja dan dana sekolah, merupakan bagian
dari harapan. Pemerintah harus berupaya agar harapan tersebut dapat
terpenuhi. Tidak mudah dan tidak dapat cepat terealisasi memang, namun respon
cepat pemerintah memang sangat diharapkan.
Masyarakat karo
menanti program kerja yang berpihak kepada korban sinabung. Bukan berarti
melupakan program guna masyarakat yang lain. Jangan sampai terlupa karena
sinabung tidur, dan tiba-tiba teringat karena sinabung perlahan bangun.
Keperkasaan gunung sinabung ntah sampai kapan akan reda. Karenanya, tidak ada
istilah tidak siaga bagi pemerintah dan BNPB. Sinabung harus senantiasa
dipantau agar tidak ada lagi masyarakat yang jadi korban.
Tetap Berjuang
Perjuangan tak
mengenal lelah harus tertanam dalam diri masyarakat Karo. Penting agar
senantiasa tangguh dalam menghadapi hari-hari ke depan. Sinabung yang masih
perkasa, harus dihadapi dengan keperkasaan pula. Menyerah hanya akan merugikan
masyarakat Karo sendiri. Potensi diri harus tetap dipertahankan. Budaya pun
tetap harus senantiasa terjaga. Terkikisnya budaya akan menambah kerugian
masyarakat Karo.
Perjuangan
merupakan harga mati. Setiap hari harus berjuang demi kehidupan. Perhatian banyak
pihak harus dijadikan penyemangat. Berarti masih banyak yang peduli sekaligus
sayang. Perhatian harus dihargai dengan tekad bulat perjuangan. Tidak membuat
keributan, mengikuti arahan koordinator posko, tidak melanggar zona larangan,
sudah merupakan sebuah perjuangan. Cukup sederhana memang, namun saat ini yang
sederhana penting guna ditindaklanjuti.
Mari masyarakat
Karo tetap semangat melewati hari-hari. Ibarat lagu, “Ada Pelangi Sehabis
Hujan”. Kita berharap setelah hujan berkepanjangan, akan muncul pelangi tanda
hujan panjang berakhir. Hidup masyarakat Karo masih panjang. Masa depan masih
panjang pula. Tetap berdoa guna mendapat hidayah. Hanya Tuhan pemberi jalan satu-satunya.
Kesabaran menjadi salah satu komponen perjuangan. Untuk Masyarakat Karo yang
lebih baik kedepan. Demi tanah karo yang kembali.
Diharapkan budaya
aroon bagi masyarakat Karo yang sudah mengakar segera dihidupkan. Bukan hanya
aroon di perladangan belaka. Juga aroon dalam letusan Sinabung yang membuat
banyak masyarakat menjadi kesusahan. Budaya Aroon adalah budaya nenek moyang
yang seharusnya diterapkan sampai sekarang. Sudah banbyak msyarakat Karo diperantauan,
kaya-raya dan berada. Semoga mereka juga mau mengulurkan tangan. Bersinergi
untuk membantu saudara-saudaranya dengan cara aroon. Semoga.
Penulis; lahir
di tanah karo, Staf UPT Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik
Unggul LP3M Medan
SUMBER : harian.analisadaily.com



Comments
Post a Comment